Sahabat yang satu ini punya sejarah yang panjang lho dalam mencari kebeneran dalam kehidupannya..siapakah dia ? udah nggak perlu panjang lebar kali ya.. langsung aja baca selengkapnya dibawah ini..^_^
Salman al-Farisi (Persia:سلمان فارسی, Arab:سلمان الفارسي) adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Persia. Dikalangan sahabat lainnya ia dikenal dan dipanggil dengan nama Abu
Abdullah.
Salman al-Farisi
pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan dari Persia, sebagai seorang Persia ia menganut agama Majusi, tapi ia tidak merasa nyaman dengan agamanya. Kemudian ia mengalami
pergolakan batin untuk mencari agama yang dapat menentramkan hatinya. Pencarian
agamanya membawa hingga ke jazirah
Arab dan akhirnya memeluk agama Islam.
Ia menjadi
pahlawan dengan ide membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam pertempuran khandaq. Setelah
meninggalnya Nabi Muhammad, ia dikirim untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga ia wafat.
Salman
Al-Farisi
( Perantau Sejati
Dalam Mencari Kebenaran )
Dari Persi
datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh
orang-orang Mu'min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul
pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalaman ilmu
pengetahuan dan ilmuan dan keagamaan, maupun keduniaan.
Dan memang, salah
satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki suatu
negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa
dibangkitkannya setiap keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya
bakat-bakat terpendam dari warga dan penduduk negeri itu, dokter-dokter Islam,
ahli-ahli astronomi Islam, ahli-ahli fiqih Islam, ahli-ahli ilmu pasti Islam
dan penemu-penemu mutiara Islam.
Ternyata bahwa
pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap
bangsa, hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh
luar biasa dalam segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah
air dan suku bangsanya, tetapi satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah
dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, bahkan beliau telah menerima janji yang benar dari Tuhannya Yang Maha
Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak pemisah
dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji
Islam berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai
para penduduknya.
Salman
radhiyallahu 'anhu sendiri turut menyaksikan hal tersebut, karena ia memang
terlibat dan mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi
waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka
Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan
kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang
penentuan yang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.
Siasat dan taktik
perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan
menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan
menyerang-nya dari dalam -- yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimin sehingga
mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan
hanya tinggal nama belaka.
Demikianlah pada
suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar
mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap
untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal
melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran
sebagai berikut:
Ketika mereka
datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu
telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kerongkongan, dan
kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)
24.000 orang
prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota
Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang
akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para
shahabatnya.
Pasukan tentara
ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai
kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka.
Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak
musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum Muslimin
menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja
mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang
harus mereka lakukan untuk bertahan itu?
Ketika itulah
tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi
dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah dia
Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan
pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya
kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga
layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang
panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng
pertahanan.
Di negerinya
Persi, Salman radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik
dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah
ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu
suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan
mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit
perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah
yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu
seandainya mereka tidak menggali parit atas usul Salman radhiyallahu 'anhu
tersebut.
Demi Quraisy
menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal
yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan
mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya pada
suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan
memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak
buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan
berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...
Sewaktu menggali
parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum
Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat
penggalian Salman radhiyallahu 'anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka
terbentur pada sebuah batu besar.
Salman
radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kuat dan bertenaga besar. Sekali
ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi
pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang
bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman
radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari
batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pun pergi bersama Salman radhiyallahu 'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat
dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan
menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua
tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat
tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari
celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi.
"Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah", kata
Salman radhiyallahu 'anhu, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengucapkan takbir, sabdanya:
Allah Maha Besar!
aku telah dikaruniai kunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api
tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun
kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.
Lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya
ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu
besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir sabdanya:
Allah Maha Besar!
aku telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku
istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.
Kemudian
dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah
berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang
temarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha
illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat
istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di
daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera
Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak
berseru: Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya .... Dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya.
NAH itulah kisah perjuangan sahabat yang sangat tenguh mencari keberan yang haqqiqi... Moga bermanfaat ya sebagai renungan buat kita :)
thanks...
sumber www.hariklf.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar